Rabu, 02 Oktober 2013

IBU

Ibu,
Ingin kusajakkan senyummu,
Seraya kupilih dan kupilah ribuan kata,
Tetapi tak jua bisa kurangkai kalimat,
Yang paling senonoh untukmu.

Biarlah puisi untukmu tetap kupingit di hati,
Jika berkenan,
Baca saja rangkaian prosa pada raut wajahku,
Karena aku tak pernah memakai cadar di hadapanmu,
Tangisku adalah tangisku dan tawaku adalah tawaku.

Aku mengenal kasihmu dengan sendiriku,
Tanpa ada yang mengajari,
Tanpa pula referensi,
dan karenamu juga aku bisa mengenal rindu,
Yang kuyakini hingga riwayatku ditelan bumi.

 Ibu,
Aku tahu kita mencintai kesahajaan,
Kita membenci kemunafikan,
aka untuk apa kututup rapat aurat tabiatku,
Jika hanya untuk menyenangkanmu.

6 komentar: